Trimkokas

KATA trimkokas itu, sama dengan makasih atau terima kasih.

Sama seperti plokis yang berarti polisi; beceng itu nama lain bagi pistol; dan kata Menokad merujuk kota atau etnis Manado. Dari kumparan rumpun inilah keluar beberapa kata yang Anda kenali hingga saat ini, seperti bokap, nyokap, dan bokep.

Dari mana saya mendapatkan kata “trimkokas” ini? Kisahnya cukup panjang, tetapi bisa diringkas.

Jelang memasuki jenjang pendidikan SMA, saya merantau ke Surabaya. Pada masa itu, masih mudah menemukan gerobak persewaan buku yang mangkal di tepi jalan. Dari sini, mulailah saya membaca novel-novel dewasa (catat: novel tentang kehidupan masa dewasa, bukan bokep 🤭)

Saya menyantap habis semua novel karya Eddy D. Iskandar, terutama dualogi yang sangat berkesan, yaitu “Gita Cinta dari SMA” dan “Puspa Indah Taman Hati”. Begitu juga karya Ike Supomo—sebuah nama yang sangat lekat di benak saya karena terdengar sangat eksotik. Dua novel hits Ike adalah “Kabut Sutra Ungu” dan “Kembang Padang Kelabu”.

Persediaan buku di rental itu, menurut saya, tidak terlalu banyak. Secara saya membacanya sehari satu novel dan pada hampir setiap hari. Lagi pula, sebagian rombong (gerobak) buku itu diisi dengan cerita silat (cersil) Kho Ping Hoo yang berjilid-jilid. Itu bukan bukan pilihan bacaan saya.

Saya menghindari cerita silat “yang enggak tamat-tamat itu” karena beberapa alasan. Urutannya seperti ini: menguras uang saku, malas berebutan pinjam, dan bisa stres menunggu edisi lanjutannya.

Itu sebabnya saya segera “kehabisan” bacaan di sana. Maka, saya pun menemukan dan meminjam novel “Ali Topan Anak Jalanan”, karya Teguh Esha. Novelnya sudah agak lecek. Namun, seru untuk dibaca.

Di novel itu saya mendapati kata “trimkokas” berkumpul bersama teman-temannya. Mereka disebut-sebut sebagai Bahasa Prokem. Itulah “bahasa jalanan” yang berkembang di Jakarta pada sisi belakang tahun 1970-an.

Anda mungkin masih mengenali jejak kata “trim(s)” sebagai penggalan singkat dari “trimkokas”. Namun, lengkapnya, ya itu, ditulis “trimkokas”.

Kata trimkokas sengaja saya gunakan di sini dengan respek, dan memberi sinyal kedekatan, keakraban, dan kehangatan. Didasari perasaan penuh rasa hormat kepada para pengarang hebat di masa lampau.

Selanjutnya, lewat laman Tentang ini saya ingin ber-trimkokas untuk penugasan Pergi (yang terhenti pada 2019) dan kesempatan Berbagi (yang masih dapat saya ingat).

Selanjutnya, saya beryukur dan berterima kasih untuk keberuntungan Menerima dan peluang Kolaborasi dengan orang-orang baik di berbagai tempat. Maafkan bila ada yang luput terekam dalam ingatan saya untuk dicatatkan di sini.

Beginilah pilihan cara saya untuk membalas budi Anda! Kiranya berkenan.

Xie xie!