Typo dan Cara Mudah Mengatasinya, Ini 15 Kata yang Sering Salah

Typo kian berkembang di ruang publik, bak jamur di musim tanam. Bandel nian untuk dienyahkan. Padahal, ada cara mudah untuk mengatasinya. Pakai saja “Metode Kait Kata”. Eh, apa itu?

LITERASATypo, atau penulisan panjangnya typography error, sering terjadi. Sudah begitu, eh dia pampang dengan gagah di mana saja. Saya suka sebal dibuatnya, sebab sering kali membuat mata saya sebah.

Siang tadi misalnya, saya duduk dan antre di sebuah bank BUMN terkenal. Lumayan lama. Di hadapan saya, ada dua sosok benda yang mejeng bersebelahan. Satu poster terpajang gagah di dinding berlapiskan bahan akrilik, satunya lagi X-Banner promosi dengan warna yang menonjol. Keduanya, mengandung kata yang tidak baku.

Eh iya, sebelum berlanjut, sebah itu apa sih? Kata ini enggak ada loh di KBBI. Percuma dicari. Dia kumpulnya di dalam kosakata bahasa Jawa. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang tercatat adalah kata begah. Makna begah, samimawon-lah, yaitu berasa penuh di perut karena terlalu kenyang dan sebagainya.

Kebegahan pada mata saya ini, mungkin hiperbola. Ah, lebay amat. Penyebab bisa juga karena saya terlanjur lama jadi editor buku–dan punya kecenderungan perfeksionis sebagaimana pengakuan di sini. Namun, ada benarnya juga kok. Editor yang baik itu dituntut menganut standar zero defect (bebas cacat produksi).

Typo = Saltik

Yup, typo dalam bahasa Indonesia itu tak lain adalah kesalahan tipografi. Disebut juga galat tipografi. Namun, dia lebih populer dengan sebutan kesalahan ketik, salah tik. Itu sebabnya dengan mudah diringkas menjadi “saltik“–mirip salting, salah tingkah.

Secara buru-buru, saya perlu membuat klarifikasi terlebih dahulu tentang jenis typo yang maksudkan di sini. Tujuannya, untuk menyamakan persepsi agar tak salah tafsir. Cara mudah untuk menjelaskan hal ini, saya hendak menyodorkan sejumlah kata bukan.

Ringkasnya, typography error yang saya munculkan sebagai topik di sini,

  1. bukan saltik yang terjadi secara mekanis, misalnya karena penggunaan aplikasi atau fitur tertentu yang bekerja secara otomatis sebagaimana kita jumpai pada setelan platform atau fitur alat komunikasi.
  2. bukan saltik yang disebabkan karena slip jari pada saat menuliskannya, entah karena terburu-buru atau ukuran tombol keyboard terlalu kecil dibanding jempol sehingga kepleset pencet.
  3. bukan saltik pada sebuah kata yang ditulis secara sengaja sebagai bagian dari upaya berbahasa gaul atau memberi kesan gaul pada penulisnya. Misalnya, “Ke mene lu?” “Mene eke tehe!

Dalam posting receh sini saya membatasi area pembahasan pada jenis salah tik yang disebabkan karena salah satu atau gabungan dari faktor-faktor berikut ini:

  1. Ketidaktahuan akan kata baku
  2. Jarang menulis tulisan serius
  3. Malas mengecek kamus
  4. Mencontoh yang sering dibaca atau dilihat
  5. Direkomendasikan mesin pencari

15 Kata yang Sering Typo dan Cara Mudah Mengatasinya

 

Saya melakukan investigasi untuk inventarisasi, pura-puranya jadi “hansip bahasa”. Mencari kesalahan ketik yang paling kerap nongol dalam bacaan atau tertulis di ruang-ruang publik. Agar tak banyak jumlahnya, saya batasi pada 15 kata yang paling sering saja.

Aha! Ini dia. Saya urutkan kelima belas kata tersebut secara alfabetis. Saya sertai juga koreksi (kata yang baku) dan cara mengatasinya (yang agak maksa) dengan kiat tertentu yang saya rasa manjur (buat diri saya pribadi).

Mungkin Anda segera bersungut-sungut. Ini metode apa sih, kurang kerjaan banget deh? Hmm, apa ya? Sebut saja “metode” #alakhun. Kalau mau mendengarnya secara lebih keren, namai saja produk non-ilmiah ini dengan istilah gagah “Metode Kait Kata”. Kata “kait” di situ, boleh banget Anda ganti dengan kata “kail”.

Eh, ini metode apaan? Ya, metode asosiasi, menggeret-geret, mengait-ngaitkan. Tak lebih dari itu. Jangan tanya lebih detail, misalnya seberapa ilmiah metode ini atau di mana dasar teorinya. Saya enggak bisa menjelaskannya. Kita tunggu saja, siapa tahu ada disertasi tentang hal ini.

1. Anda, bukan anda

Cara Mengatasi: Typo yang terjadi pada kata ini, masih sering saya jumpai. Rasanya, gemes banget untuk dibetulin. Namun, lebih baik kita cari jalan keluarnya. Untuk mengatasi saltik ini, menurut saya, sebenarnya tidak sulit. Pakai saja “Metode Kait Kata”.

Bagaimana caranya? Cukup mengingat bahwa diri Anda adalah sosok atau pribadi berharga. Makhluk ciptaan Allah yang mulia. Sudah selayak dihargai dan dihormati, terutama oleh diri Anda sendiri. Oleh sebab itu, sangat pantas kita mengganjar kata ini dengan meletakkan huruf besar pada A.

typo anda

2. Apotek, bukan Apotik

Cara Mengatasi: Buat saya sih versi baku dari kata ini enggak susah buat diingat dan diterapkan. Sebab apa? Sama dengan nama tengah saya, Tek. Hahaha. Buat Anda? Gampang juga, ingat saja nama saya. Hahaha (lagi).

Baiklah, ada cara lain untuk mengatasinya. Ingatlah selalu bahwa di apotek kita bisa mencari obat apa saja, termasuk obat untuk mengatasi aroma ketek yang tak sedap. Ketek, loh ya (kata lain untuk ketiak). Bukan obat ketik, jadi bukan apotik.

typo apotek apotik

3. Antre, bukan Antri

Cara Mengatasi: Anda pasti punya banyak teman. Mulai dari play group, TK, SD, hingga studi S3. Atau, teman main, teman kompleks rumah, teman komunitas, dan teman kerja. Adakah yang bernama Andre?

Jangan mudah menyerah. Panggilah ingatan masa lalu Anda lagi. Semoga ketemu. Btw, camkan di benak Anda baik-baik bahwa dia itu bukanlah Andri, melainkan Andre! Maka, gunakanlah kata Antre.

typo Antre Antri

4. Enggak, bukan Nggak

Cara Mengatasi: Ini juga. Rasanya kata “enggak” jarang sekali digunakan. Makanya saya suka menggunakannya di takarir (caption) Instagram, agar familiar dibaca banyak orang.

Untuk mengoreksi kesalahan penulisan kata ini, saya memberikan kiat belah-membelah. Siap?

Belah dua kata ini berdasarkan suku kata. Keping belahan kedua adalah gak. Terus belahan pertama, mana yang lebih elok dilafalkan, Eng atau Ng? Ya, jelas eng-lah. Ribet kalau kita berupaya bersengau “ng“.

typo Enggak Nggak

5. Kaus, bukan Kaos

Cara Mengatasi: Mungkin kata baku yang ini termasuk kategori yang susah untuk diingat, karena kita sudah terbiasa mendengar ucapan “kaos”. Namun, jangan menyerah. Malah sebaliknya, manfaatkan apa yang bagi banyak orang sudah lazim, Anda perlakukan sebagai tidak lazim.

Jika menggunakan “Metode Kait Kata” sederhana, begini caranya. Bayangkan kaus Anda itu ikan. Kedua lengannya seperti sirip ikan. Hayo, ikan apa yang badannya besar dengan dua sirip “kecil”? Ya, dia dinamai Paus. Pasti itu, sebab enggak mungkin ikan seperti itu bernama Paos!

typo kaus kaos

6. Komplet, bukan Komplit

Cara Mengatasi: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komplet itu bermakna lengkap; genap. Seperti oplet, ya? Oplet itu, menurut definisi, adalah mobil sedan yang susunan tempat duduknya diubah dan disesuaikan sebagai kendaraan umum (angkot).

Oya, Oplet muncul di cerita Si Doel Anak Betawi, novel karangan Aman Datuk Madjoindo. Kisah ini pernah difilmkan oleh Sjuman Djaja, sebelum kemudian disinetronkan dan dilayarlebarkan oleh Rano Karno.

Oplet sebagai angkot, seperti biasanya kalau lagi banyak penumpang, akan “dipaksa” memuat banyak orang. Komplet-lah aroma yang tercium di dalamnya. Tidak lucu kalau dia disebut oplit. Iya, kan?

typo komplet komplit

7. Mangkuk, bukan Mangkok

Cara Mengatasi: Kata yang ini juga termasuk susah untuk dikenali bakunya, sebab kuping kita terlalu sering mendengar ucapan lisan “mangkok”. Saya sampai bingung, hingga akhirnya menemukan ide ini.

Apa itu? Coba perhatikan secara seksama, Mangkuk itu kan seperti piring yang sedang meringkuk. Atau, mengkeret ya? Enggak penting juga sih, pokoknya dia pakai huruf “u”, bukan “o”. Bukan meringkok.

typo mangkuk mangkok

8. Nasihat, bukan Nasehat

Cara Mengatasi: Cara mengatasi salah tik pada kata ini tergolong mudah untuk dilakukan. Perhatikan saja, dengan sekilas pandang pun kita akan dapat menangkap “metode kait kata” yang bisa diterapkan. Apakah itu? Anda bisa menebaknya?

Iyes, ada Nasi terkandung dalam kata ini. Jika kita menyantapnya dengan lahap, maka kita bisa kenyang dengan kebijaksanaan hidup. Jangan coba-coba ya mengubahnya menjadi Nase. Sungguh, enggak enak rasanya.

typo nasihat nasehat

9. Pikir, bukan Fikir

Cara Mengatasi: Rahasia agar mudah mengatasi typo, tak lepas dari kreativitas kita dalam hal mengaitkan kata sebagai jangkar ingatan yang mengarahkan kita untuk menempuh “jalan yang benar”.

Seperti kata ini, paling gampang ya dikaitkan dengan kata Parkir. Mereka “bersahabat erat”, karena itu buat apa berbuat yang aneh-aneh. Enggak masuk akal kan kalau menyebut parkir dengan sebutan farkir.

typo pikir fikir

10. Praktik, bukan Praktek

Cara Mengatasi: Di bangku sekolah ada pelajaran-pelajaran tertentu yang membuat kita diajak masuk laboratorium. Untuk apa di sana? Pacaran? Enggak mungkinlah! Semua orang juga tahu, kita diajak untuk praktikum.

Dalam KBBI disebutkan bahwa prak.ti.kum (n) adalah “bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dalam teori; pelajaran praktik.”

Jadi, yakinlah, namanya bukan praktek, bukan praktekum.

typo praktik praktek

11. Risiko, bukan Resiko

Cara Mengatasi: Kata ini seharusnya gampang untuk dipahami dan diingat untuk menghindari terjadinya saltik. Mengapa? Sebab kata ini dekat banget dengan bahasa Inggris-nya, yaitu risk.

Yup, kita pasti akan merasa aneh kalau menjumpai atau mengucapkan kata resk. Kalau rest area enggak apa-apa. Makanya ngapain juga kita menulisnya jadi resiko.

typo risiko resiko

12. Silakan, bukan Silahkan

Cara Mengatasi: Kata typo yang satu ini, benar-benar bikin sebah di mata deh. Ada di mana-mana, mudah ditemukan. Padahal, untuk mengatasinya mudah saja. Simak cara klise ini.

Bagi dua kata ini dan ambil bagian pertama. Kita akan mendapatkan kata Sila. Lalu, terapkan pada kata Pancasila. Pertanyaannya, apakah selama ini Pancasila ditulis Pancasilah?

Sumpah! Enggak mungkin itu. Anda pasti tahu cara menuliskan Pancasila dengan benar. Bahkan mungkin sudah mahir sejak SD.

typo silakan silahkan

13. Sekadar, bukan Sekedar

Cara Mengatasi: Aha, kalau kata ini sih semestinya enggak akan terjadi typo. Namun kenyataannya berbeda. Padahal, “metode kait kata”-nya enggak sulit. Misalnya nih, beberapa yang waktu lalu sempat heboh soal harga emas yang melonjak. Kita jadikan saja tren sebagai asosiasinya.

Jika kita akan membeli emas di toko, pasti akan ditanya, “Anda mau beli emas dengan kadar berapa karat?” Pasti bukan kalimat, “Anda mau beli emas dengan kedar berapa karat?”

typo sekadar sekedar

14. Telepon, bukan Telpon atau Telfon

Cara Mengatasi: Ketika berlangsung percakapan menggunakan alat komunikasi, biasanya jarak di antara orang yang mengobrol itu jauh. Jelas toh? Kalau dekat, buat apa pakai alat segala?

Nah, kata untuk ini adalah tele– seperti pada telekomunikasi, teleskop, atau telekonferensi. Berdasarkan hal ini, hindari dijadikan tel agar tidak ditulis telpon. Enggak pas itu.

typo telepon telpon telfon

15. Khawatir, bukan Kuatir

Cara Mengatasi: Trik paling mudah untuk memahami kata ini adalah dengan cara menghilangkan huruf “k” di depannya. Alhasil, tanpa berjerih lelah kita menemukan kata Hawatir.

Dengan begitu, kata yang sering ditulis typo itu bisa segera diatasi. Enggak mungkin Anda percaya ada kata Uatir di kamus. Saya sudah mengeceknya, kok. Lagi pula, aneh banget kan kedengarannya?

typo hawatir kuatir

Mengapa Typo Harus Dikoreksi?

Ya, dong. Jelas! Sungguh tidak elok bila typo itu dipelihara. Apalagi dirawat hingga gede dan dibalsem agar awet.

Makin cepat Anda paham, mencamkan, dan menggunakannya secara benar; maka itu semakin baik. Agar tidak terjadi apa yang dimaksudkan oleh pepatah “ala bisa karena biasa“.

Typo dalam penulisan, akan menurunkan pamor Anda. Malu-maluin bila terjadi pada lembar-lempar paparan publik yang bakal dibaca oleh audiens atau atasan Anda. Apalagi sebagai kreator konten media sosial, takarir (caption) yang Anda tulis akan terbeberkan ke dunia.

Upaya menulis dengan bersih, rapi, bebas dari kesalahan apa pun adalah hal yang krusial. Terutama bagi:

  • Konten Kreator

Konten kreator buat media apa pun. Baik media massa cetak, media massa daring (termasuk blog), maupun media sosial seperti takarir (caption) untuk Instagram, status di Facebook, maupun cuitan di Twitter.

Mungkin pemesan konten atau agensi Anda tidak protes, tetapi sadarilah bahwa Anda berhadapan dengan publik luas.

  • Penulis dan Pengarang

Penulis dan pengarang perlu membuat tulisan atau karangannya lancar mengalir saat dibaca oleh siapa pun. “Siapa pun” yang dimaksud di sini adalah pembaca langsung maupun editor.

Memang sih dalam menjalankan tugasnya, editor harus turun tangan mengkurasi tulisan. Ini dilakukan agar saat disajikan ke pembaca atau publik, sebuah tulisan atau karangan sudah bersih dari kesalahan apa pun.

Namun, mengirimkan naskah dengan penulisan yang berlepotan adalah tindakan “bunuh diri” yang konyol. Naskah Anda lebih berpeluang dilemparkan ke “tong sampah” karena si editor kesal daripada direkomendasikan terbit. Anda niscaya berhasil membuat emosinya mendidih sebelum ia menemukan “mutiara” dalam naskah Anda–kalau beneran ada.

Khusus untuk naskah yang dikirimkan untuk diterbitkan pihak lain, baik yang akan dicetak atau diterbitkan secara daring, lakukanlah self editing. Meskipun misalnya pada akhirnya ditolak, paling enggak naskah Anda sudah berhasil dibaca “dengan selamat dan sentosa”.

Enggak bisa self editing? Carilah editor pribadi. Di era media sosial seperti saat ini, tidaklah sulit menemukan editor lepas (freelance).

  • Peserta lomba

Mirip dengan butir bahasan di atas. Jika naskah Anda akan diikutkan dalam sayembara atau lomba menulis, atau lomba blog, kirimkanlah tulisan atau karangan terbaik. Sebisanya bebaskan dia dari gangguan typo.

Camkan rahasia umum ini, meskipun tidak tercantum dalam ketentuan lomba atau sayembara menulis. Dewan juri (sangat) memerhatikan typo. Rugilah kalau karena faktor ini, tulisan atau karangan Anda harus berjuang lebih keras untuk menang daripada kompetitor Anda.

Tips Kecil

 

Sejak saat ini, usai membaca posting blog nan panjang ini, alangkah baiknya Anda mulai cermat dan tekun berlatih untuk tertib dalam menorehkan kata-kata agar terbaca baku. Bukan untuk kepentingan siapa-siapa, melainkan demi untuk (citra diri) Anda sendiri.

Tips kecil dan sederhana berikut ini sebenarnya tak perlu dibeberkan sevulgar pakai subjudul begini. Namun kerap kali kurang diperhitungkan atau dianggap enggak (terlalu) berguna. Apakah itu?

Unduhlah aplikasi KBBI agar memudahkan saat Anda membutuhkannya setiap saat. Toh sudah nanggung, di tangan Anda itu smartphone–psshh … ada kata smart-nya loh. Masak cuma diisi dengan berbagai aplikasi marketplace atau gim?

Kata orang-orang bijak sih, bahasa itu mencerminkan bangsa–tapi sebelum bangsa ini jadi malu, kitanya yang malu duluan. Hehehe, benar kan? Sementara itu, kalau kata para pengguna skincare, typo itu ibarat jerawat di wajah.

Hidiih, lagi akil balig, ya?

Ang Tek Khun
About the author

angtekkhun menulis di media cetak saat kuliah psikologi, berkarier di industri penerbitan, dan beralih ke media digital sebelum menggeluti integrasi media berbasis psikologi pembaca.

17 pemikiran pada “Typo dan Cara Mudah Mengatasinya, Ini 15 Kata yang Sering Salah”

  1. Duh, jadi takut mau berkomentar. Takut typo hehehe. Thank you untuk koreksi beberapa kata yang memang sering salah dalam penulisannya.

    Jadi harus sering cek KBBI juga nih supaya bisa tau kata yang ditulis udah benar atau enggak.

    Balas
      • Bisa banget ini mengaitkan kata sehingga bisa mudah diingat. Saluut …
        Terimakasih informasinya
        Terimakasih ilmunya
        Saya harus coba praktikkan
        Bukan begitu?

        Balas
        • Hai, Kak. Makasih sudah singgah di sini. Iya, kalau enggak begitu, capek kita bolak-balik membuka kamus. Eh, tapi asyik juga kalau kita mengunduh versi App-nya. Praktis. Sesekali tetap perlu.

          Balas
  2. ternyata “enggak” tercantum dalam KBBI ya?

    (saya auto cek KBBI 😀 :D)

    sering banget nih saya kebalik-balik, sehingga harus bookmarks KBBI

    oh iya kok gak ada kata “ubah” yang sering ditulis “rubah”

    Balas
    • Iya, kata “enggak” resmi ada di KBBI.

      KBBI ada aplikasinya buat di smartphone loh, Kak. Sangat memudahkan bagi penggunanya.

      Rencananya mau saya tambah, jadinya mungkin 20 kata.

      Balas
  3. Unik juga cara mengatasinya, Koh. Terutama bagian apotek buat cari obat bau ketek, haha. Saya sepakat harus sejak dini diperbaiki kesalahan ketik seperti ini, jangan sampai tipo merajalela tanpa koreksi. Tulisan ini sangat bermanfaat untuk mengingat pentingnya ejaan yang tepat. Saya setiap kali ikut lomba pun mencoba menerapkannya dengan sering-sering membuka kamus.

    Balas
  4. Aku setuju banget sih…kalau menulis itu harus menggunakan kaidah KBBI yang baik dan benar.
    Karena selain nyaman, juga mengedukasi pembaca.
    Tapi masih banyak banget khilafnya…termasuk Anda. Aku biasanya nulis pakai huruf kecil, anda.

    Balas
    • Kalau di ruang publik dibaca anak-anak, langsung deh terdistrak apa yang mereka pelajari di sekolah. Belum tentu guru-guru punya kesempatan untuk memperbaikinya.

      Balas
  5. Wuaduh, saya masih menganut paham “suka suka gue” saat nulis nih. Kayaknya emang harus banyak berbenah nih biar makin rapi dan bener tulisannya. Thank ko, ilmunya bermanfaat beud…. eh banget…. wkwkkwkw

    Balas
    • Sama, hahaha. Aku juga bukan anak bahasa. Pas kelas Bahasa Indonesia di sekolah, cuek bebek. Untung sekarang ada aplikasi KBBI yang bisa diunduh ke smartphone. Jadi gampang ngeceknya. Setiap nulis, mesti buka ini. Kadang karena enggak ngerti, sering kali juga karena ragu-ragu. Lama-lama jadi biasa deh..

      Balas
  6. Waaaahh terimakasih insight nya Mas. Kadang yaa Aku mau komen di blog editor berpengalaman, jadi ngeri sendiri. Takut salah hahahaha. Jujurnya kesalahan di atas sering Aku lakuin. Senang juga karena dikasih tahu cara mengatasinya. Aku perhatikan nomor 1-7 kebanyakan hurup E sangat berperan di kata-kata yang benar.

    Tapi nomor 8 seterusnya kebanyakan huruf I :D. Memang harus dihapal juga sih.

    Balas

Tinggalkan komentar